Tuesday, March 30, 2010

Tidak Harus Selalu Bunga

Ini adalah sebuah cerita inspirasi, disadur dari email seseorang rekan saya. Silakan disimak, semoga membawa manfaat buat rekan-rekan terutama yang sudah mempuyai pasangan

Suami saya adalah seorang yang sederhana, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.

Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

"Mengapa?", tanya suami saya dengan terkejut.

"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan," jawab saya.

Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?

Dan akhirnya suami saya bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiran kamu?"

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,"Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya :

"Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yg ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok." Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan ......

"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."

Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya.

Saya melanjutkan untuk membacanya.

"Kamu selalu pegal-pegal pada waktu 'teman baik kamu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi 'aneh'. Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami."

"Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu."

"Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu."

"Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir.

"Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih dari saya mencintai kamu. Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.

"Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya.

Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu."

"Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia."

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.

Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".

Perbedaan Persepsi

Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan DUA hal kepada 2 anak laki-lakinya :

- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :

"Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih".
"Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak".

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung :

"Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut".

"Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup."

"Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama".

MORAL CERITA :

Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda. Jika kita melihat dengan positive attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita... pilihan ada di tangan anda.

'Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa'

Prioritas Dalam Hidup

Seorang dosen berdiri di depan kelas dengan batu-batu dengan berbagai ukuran di atas mejanya. Saat memulai kuliahnya, sang dosen mengambil sebuah ember plastik kosong dengan diameter 20 cm dan tinggi 20 cm. Lalu mengisi dengan batu yg hampir bulat dengan diameter 18 cm. Dan bertanya pada mahasiswanya, apakah ember ini sudah terisi penuh? Hampir serentak mahasiswanya menjawab bahwa ember sudah penuh.

Kemudian sang dosen mengambil batu-batu kerikil dan memasukkan ke dalam ember dan menggoyang-goyangkan ember tersebut, sehingga kerikil tadi mengisi sela-sela yg kosong dalam ember. Mahasiswanya tertawa.

“Apakah sekarang embernya sudah penuh?”, tanya sang dosen. Mahasiswanya setuju bahwa sekarang ember sudah penuh.

Dosen mengambil pasir dan memasukkan ke dalam ember dan mengoyang-goyangkannya hingga pasir itu mengisi sela-sela yg kosong dalam ember.

“Sekarang”, kata sang dosen, “Ini adalah gambaran kehidupan kita”.

“Ember ini adalah bagaikan ruang dalam kehidupan, batu besar ini adalah hal-hal utama dalam kehidupan kita seperti  pasangan, kesehatan, atau apapun yang ketika kita kehilangan hal itu kita merasa ada yang hilang dari dalam diri kita.”

“Kerikil-kerikil ini adalah hal-hal penting yang menunjang faktor utama dalam kehidupan. Misalnya, karir, pendidikan pekerjaan, rumah, mobil atau yang lainnya.”

“Pasir adalah hal-hal kecil dalam hidup dimana ketika kita tidak mendapatkannya, hidup kita tetap bisa berjalan normal. Misalnya, kesenangan dan lain-lain.”

“Ketika kita mengisi ember ini dengan kerikil dan pasir lebih dulu, maka tidak lagi tempat untuk batu yang besar. Sama dengan kehidupan ini, ketika kita mengisi hidup ini dengan hal-hal yang kecil terlebih dahulu maka tidak ada lagi ruang dalam kehidupan kita untuk hal-hal yang sangat penting.”

“Jadi, tentukan prioritas dalam hidup Anda. Buatlah hal-hal utama dalam hidup Anda sebagai prioritas yang pertama. Dan gunakan lebih banyak waktu dan tenaga Anda untuk mengejar prioritas pertama ini. Sisanya adalah untuk mengerjakan hal-hal kecil.”

Beda Cara Komunikasi Pria dan Wanita

Mungkin sebagian dari kita sudah banyak mengetahui bahwa Laki-laki dan perempuan memiliki sudut pandang berbeda dalam beberapa hal. beruntung bagi mereka yang sudah mengerti yang memungkinkan terjadi kebijaksanaan saat berinteraksi.


Ada sebuah adage lama yg mengatakan: Klo kamu bertanya pada pria sekarang ini jam berapa, maka dia akan langsung melihat arlojinya; tapi bila kamu tanyakan perihal yg sama kepada wanita, dia akan langsung bercerita tentang arloji2 cantik yg dia lihat di plaza kemarin sore .

Anda mungkin pernah mendengar seorang wanita bertanya-tanya, “Aku ndak ngerti kenapa si cowok itu mundur teratur. Apa yg salah sih dg aku? Apa aku ini terlalu menuntut, atau malah kurang menuntut? Cowok emang mbingungin. ” Sementara itu, di hari yg sama si cowok juga bertanya-tanya,”Aku ndak paham ama cewek ini, aku mungkin udah berbuat salah, tapi apa ya. Cewek emang makhluk rumit deh.”

Nyatanya pria dan wanita memang berbeda, termasuk dalam hal cara mereka berkomunikasi. Hal ini amat penting untuk dimengerti karena komunikasi bukanlah sekedar menyampaikan pesan (dalam hal ini khususnya dg lawan jenis), namun juga terkait bagaimana kita memahami lawan bicara dan pesan2 yang dia berikan. Mari kita lihat saja bedanya;
Spoiler for Bedanya:

1.Apa yang Diobrolin Laki-laki dan Perempuan Udah Beda
Girls like people. Sewaktu kecil, cewek sukanya ngobrol tentang siapa lagi suka ama sapa, siapa lagi marahan ama sapa, dan semacamnya. Mereka bermain dalam kelompok2 kecil dan saling berbagi ‘rahasianya’ orang lain. Sbg teenager, mereka ngobrolin cowok, berat badan, pakaian dan teman2 mereka. Beranjak dewasa, cewek suka ngobrolin tentang diet, hubungan2 pribadi (diri sendiri dan sudah pasti orang lain), pernikahan, anak-anak, percintaan dan segala (urusan2 pribadi) yang terkait dg orang lain, baik yg dikenal maupun tidak.

Boys like things. Sementara itu, di waktu kecilnya, cowok suka bicara tentang things (barang2, perangkat & mainan) dan juga aktivitas: siapa melakukan apa, siapa yang bagus di perihal tertentu dan bagaimana cara kerja berbagai perlengkapan/apapun yg mereka anggap mainan. Sbg teenager, cowok mbicarain sports, game, barang2 mekanik dan kegunaan dari things. Beranjak dewasa, cowok mendiskusikan sports, kerjaan mereka, berita, apa2 yang mereka lakukan, teknologi, barang2 bermesin dan juga gadget. Bukannya cowok ndak pernah ngobrolin ttg people. Tentu saja pernah. Tapi biasanya itu masih dalam konteks olahraga, kepentingan karir, atau teknologi.


2. Alasan Laki-laki dan Perempuan Ngobrol Juga Beda
Awalannya dari struktur otak pria dan wanita yang ternyata berbeda. Otak pria tersekat-sekat secara tegas yg pengaruhnya pada kemampuan dalam mengelola informasi di kepala. Di akhir hari, pria berkemampuan untuk memilah dan menyimpan informasi dengan rapi di kepalanya, sedemikian rupa sehingga emosinya tidak merasa gerah.

Tapi otak wanita berbeda. Ketika wanita sedang ada kegalauan terutama, semua masalah yg dipunya, atau bahkan semua informasi yg mbikin gatel yg dia terima di hari itu terus saja berputar-putar di kepala. Wanita cenderung melakukan rewind atas informasi yg ada di kepala mereka selama berkali-kali. Satu-satunya cara untuk menghentikan itu adalah dengan mengungkapkannya, dengan cerita atau curhat ke orang lain. Mereka harus ngobrol ama orang lain sekedar untuk menguraikan masalah dan membuat dirinya lega. Ngobrol membantu wanita dalam mengklasifikasikan dan menata informasi di kepala.

Wife : You tell a man something, it goes in one ear and comes out of the other.

Husband : You tell a woman something, it goes in both ears and comes out of the mouth.

Cowok seringkali tak mengerti hal ini. Banyak cowok berpikir bahwa mereka harus memberikan solusi atas apa2 yg diungkapkan oleh pasangan mereka. Ini malah membuat sang cowok merasa tertekan dan lupa untuk memberikan empati, karena dia bersibuk memikirkan tanggapan dan jawaban.

Lebih jauh lagi, berbeda dengan pria, wanita berkomunikasi untuk mengekspresikan diri, memberikan support kpd orang lain, dan secara umum; untuk membina hubungan. Sementara itu pria berkomunikasi lebih untuk bertukar informasi, memecahkan masalah, atau bahkan untuk menunjukkan dominansi.



3. Laki-laki dan Perempuan Ngobrol di Tempat yg Berbeda


Udah keliatan, dari apa yang diobrolin dan juga alasan untuk ngobrol, maka pria dan wanita juga memiliki preferensi terkait di mana mereka melakukan obrolan.

Kebanyakan lelaki lebih menyukai ngobrol di keramaian. Mereka ndak suka ngobrol di tempat2 sepi, apalagi klo sampai cuma berdua, apalagi klo sampe kemudian ketauan orang . Lha wong apa yang diobrolin cowok lho bukan perihal2 rahasia. Apa yg perlu dirahasiakan klo yg dibicarakan adl tentang gimana jalannya pertandingan bola kemarin malam atau cara penggunaan fitur dari gadget terbaru. Jikapun cowok bicara ttg hal2 yg sensitif, biasanya mereka pun masih ndak sungkan untuk bicarakan itu keras2 di depan umum.Sementara itu, perempuan berbicara untuk menjalin kedekatan hubungan dengan cara mengungkapkan perasaan secara bebas. Apalagi apa yg mereka bicarakan kebanyakan adalah perihal2 sensitif -yg harusnya adl- rahasia, baik milik sendiri maupun orang lain. Sehingga perempuan lebih menyukai tempat yang menyediakan privasi; seperti di rumah (atau kamar tepatnya), kafe, toilet hotel atau tempat lain yg di sana mereka bisa bebas cerita penuh ekspresi. Lho, bukankah perempuan suka jalan2 di mal, hanging out rame2 bersama teman? Betul, tapi mereka tidak menggunakan tempat2 itu untuk berbagi perasaan secara mendalam.
4. Ketika Laki-laki dan Perempuan Bertanya Serta Berikan Umpan Balik

Bagi perempuan; bertanya dimaksudkan untuk dua hal; menggali informasi (entah gosip atau yang lain) dan menjalin kedekatan hubungan. Kadang mereka ajukan pertanyaan yang sudah mereka ketahui jawabannya.

“Mas, gimana, aku cantik nggak?”, “Kangen ama aku, nggak?”

or rather, mereka ajukan pertanyaan yang mereka pikir pasangan mereka harusnya udah tau jawaban yg benar apa

Sementara itu, laki-laki biasanya lebih enggan bertanya. Ada yg merasa bahwa bertanya itu merupakan suatu bentuk kelemahan atau ketidakmampuan. Laki-laki biasanya memang lebih membenci (bila dirinya mengalami) kegagalan ketimbang perempuan. Terlebih ketika di hadapan perempuan, laki-laki biasanya lebih memilih mencoba sendiri sampai bisa ketimbang bertanya.

Tapi pria lebih berani blak2an ketika memberikan umpan balik, tidak seperti wanita yg begitu penuh pertimbangan dan menjaga perasaan. Sementara pria, secara ekstrim dibilang seperti ini:

Men answer to the question, not the person.


Terkait dengan umpan balik, wanita biasanya melakukan kritik pada diri sendiri. Self-appraisal nya lebih rendah ketimbang pria. Sementara pria lebih mudah untuk merasa puas dg performa mereka.